"

16 Bab 16 Berdagang CD/DVD dan Aksesoris Linux/Open Source

  • Pernak-Pernik Linux dan Open Source

Komunitas open source saat ini telah menjamur di berbagai kota di Indonesia. Biasanya mereka sangat suka apabila menggunakan produk-produk bertemakan open source.

Produk yang mereka sukai bisa berbentuk gambar-gambar dan tulisan unik pro open source. Gambar dan tulisan unik tersebut bisa diletakkan pada berbagai produk seperti topi, kaos, jaket, mug, kalender, stiker, pin, gantungan kunci.

Bahkan anda bisa menawarkan untuk membuat seragam bagi KPLI yang ada di berbagai kota. Atau menawarkan produk anda sebagai kenangan atau souvenir seminar Linux. Baik seminar yang diadakan oleh komunitas KPLI, majalah, atau vendor TI. Semua bergantung pada kreativitas yang anda miliki.

Meskipun pangsa pasarnya masih terbatas, namun bisnis ini layak dicoba. Meski terbatas, tetapi pangsa pasarnya sangat loyal. Bukan tidak mungkin, berkat bisnis pernak-pernik ini, anda bisa membantu memperluas penggunaan Linux dan Open Source.

Pasar untuk lahan bisnis ini dapat terbentuk karena adanya nilai tambah yang terkandung dalam produk Linux dan Open Source sebagai produk pascamodernisme. Karena adanya nilai tambah tersebut, maka pengguna Linux dan Open Source cenderung memiliki loyalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengguna Windows. Sebab, mereka tidak hanya bisa menggunakan, namun juga dapat terlibat dalam pengembangannya. Sebelum dibahas lebih lanjut, mari kita tengok terlebih dahulu apa itu pascamodernisme.

Perkembangan teknologi tidak dapat dipungkiri berpengaruh juga pada perkembangan budaya. Sebaliknya, perkembangan pemikiran dan budaya manusia juga dapat mempengaruhi perkembangan teknologi dan penggunaannya. Maka, perkembangan teknologi komputer tentu ikut andil dalam perkembangan budaya manusia. Teknologi komputer dapat dianggap sebagai cultural object (objek budaya) dalam teori Culture Studies.

Cultural objects are made by human beings. This fact is intrinsic to all various definitions—culture is “the best that has been thought and known” by human beings (Arnold); culture is the “meanings embodied in symbols” through which human beings communicate and pass on knowledge and attitude (Geertz); culture is the externalization, objectification, and internalization of human experience (Berger) –and is the basis for familiar distinction between culture and nature.

(Griswold, 2004)

Wendy Griswold (2004) membahas hubungan antara pembuat (creator), penerima (receiver), objek budaya (cultural object), dan dunia sosial (social world) dalam sebuah ilustrasi yang disebut Cultural Diamond. Ilustrasi dapat digunakan untuk mempermudah pembahasan hubungan antara dunia sosial dan objek budaya.

 

Ilustrasi Cultural Diamond (Griswold, 2004)

Konsep free software tidak menganggap software sebagai produk seperti para kapitalis yang berusaha mengeruk keuntungan sebesar-besarnya pada bisnis apa pun. Free software juga bukan komunisme yang menganggap semua sebagai milik bersama dan dikendalikan secara terpusat. Konsep free software lebih mirip dengan koperasi yang mengutamakan kesejahteraan seluruh anggotanya.

Dalam terminologi kajian budaya, gerakan ini dapat disebut bersifat atau bergaya post-modernisme atau pasca-modernisme.

Lalu, apa sebenarnya modernisme yang diwakili oleh Microsoft dengan berbagai seri Windows.

modernity can be understood as a post-traditional historical period marked by industrialism, capitalism, the nation-state and increasingly sophisticated forms of social surveilance.

Modernitas dapat dipahami atau diartikan sebagai periode sejarah pasca-tradisional yang ditandai dengan industrialisme, kapitalisme, konsep negara, dan bentuk-bentuk menakjubkan dari pengawasan sosial.

modernism i) the cultural experience of modernity ii) an artistic style associated with being modern iii) a philosophical position that asserts the possibility of universal knowledge

the central cultural experience of modernism is that of change, ambiguity, doubt, risk, uncertainty, and fragmentation.

Modernisme adalah i) pengalaman kultural pada modernitas ii) gaya-gaya artistik yang dikaitkan dengan keadaan menjadi modern iii) sebuah posisi filosofis yang menyerap kemungkinan pengetahuan universal.

Pengalaman kultural yang paling terasa pada modernisme adalah perubahan, ambiguitas, keraguan, resiko, ketidakpastian, dan perpecahan.

tradition values stability and the place of persons in a normatively ordered and immutable cosmos, a firmness of parameters in which things are as they are because that is how they should be.

Tradisi menghargai stabilitas dan posisi setiap orang dalam posisi yang berjenjang normatif dan kosmos yang tidak dapat diubah, parameter yang pasti di mana sesuatu menjadi sebagaimana seharusnya.

Selanjutnya, berikut ini definisi dari konsep pasca modernisme.

A cultural style marked by intertextuality, irony, pastiche, genre blurring, and bricolage.

A philoshopical movement that rejects ‘grand narratives’ (that is, universal explanations of human history and activity) in favour of irony and forms of local knowledge.

The concept of bricolage refers to the re-arrangement and juxtaposition of previously unconnected signifying objects to produce new meanings in fresh contexts. 

(Barker, 2004)

Gerakan postmodern (pasca-modernisme) muncul karena kecewa terhadap dunia modern, mencari yang esensi, kembali ke bentuk dasar. Situasi masyarakat pasca modern adalah mempertanyakan keadaan dunia modern, pemikiran masyarakatnya semakin maju, sehingga membutuhkan produk yang sesuai dengan pemikiran masyarakatnya. Pada kasus ini, Linux dan gerakan free software muncul karena kecewa dengan adanya praktik bisnis komersial kapitalis dan lisensi yang tertutup (tidak dapat mengakses kode program atau tidak ada transparansi).

Definisi di atas menyebutkan bahwa sesuatu dapat dikategorikan sebagai post-modern, jika memiliki kriteria intertextuality, irony, dan bricolage. Intertextuality  mensyaraatkan adanya hal lain yang dibawa dan terkandung di dalamnya, tidak hanya produk saja. Windows tidak memiliki ini karena dia hanya berupa produk. Sehingga tidak ada pengguna Windows yang fanatik. Linux memiliki berbagai nilai tambah yang terkandung di dalamnya, bukan hanya berupa piranti lunak saja. Nilai tambah tersebut antara lain keragaman, kebebasan berdiskusi dan demokrasi pengembangan piranti lunak dalam komunitas free software yang tidak pandang bulu.

Irony pada kasus ini adalah anggapan yang salah bahwa Linux dan Free Software lantas tidak bisa dijadikan sumber penghasilan sebagaimana Windows pada masa modern. Akan tetapi model bisnis open source memang bukan pada produknya, namun nilai tambah yang terkandung di dalamnya. Ada beberapa cara untuk mengail uang dari bisnis open source sebagaimana dijelaskan dalam buku yang sedang anda baca ini.

Sedangkan konsep bricolage pada Linux adalah bahwa Linux membuka lebar-lebar gerbang sekolah dan perpustakaan dalam dunia komputer bagi semua orang. Tidak ada batas atau pemisah antara developer atau user. Linux dan Open Source Software membentuk suatu komunitas learning society. Pengguna dapat ikut andil dalam pengembangan atau naik tingkat menjadi pengembang. Situasi seperti inilah yang disebut oleh seorang filsuf asal Finlandia Dr Pekka Himanen sebagai Net Academy sesungguhnya. Yaitu suatu proses belajar mengajar melalui jaringan. Pada model ini, materi untuk belajar tidak hanya disediakan oleh yang sudah mahir tetapi juga oleh mereka yang baru saja atau sedang belajar.

Pada hakikatnya, telah terjadi suatu mekanisme komunikasi untuk kolaborasi dengan tujuan peningkatan knowledge dalam komunitas global. Prinsip ini sebetulnya sudah mulai populer dengan istilah knowledge management. Suatu mekanisme yang pada dasarnya berusaha mengubah suatu tacit knowledge yang dimiliki oleh individu dalam komunitas menjadi suatu shared knowledge yang dapat dipakai bersama oleh setiap orang dalam komunitas.

Struktur pengembangan GNU/Linux yang dilakukan pada organisasi non-formal dan non-hirarki inilah yang menyebabkan perkembangannya begitu cepat. Semangat open source ini sangat cocok diterapkan di Indonesia untuk menghindari kesenjangan teknologi (digital divide). Baik kesenjangan dengan negara maju maupun kesenjangan pada internal organisasi atau perusahaan.

Sebab, seringkali pengembangan aplikasi di suatu organisasi bergantung pada pengetahuan individu tertentu. Sehingga, bila ada masalah, hanya bisa diselesaikan oleh yang bersangkutan. Padahal, dengan mekanisme kerja sama terbuka dan tertulis dalam knowledge management di dunia free software, pengetahuan menjadi milik semua. Sehingga, permasalahan dapat diatasi oleh siapa saja dan tidak tergantung pada vendor atau individu.

Sebagai gerakan pasca modern, Linux cocok untuk orang yang senantiasa berfikir, mempertanyakan kembali konsep-konsep yang ada pada dunia modern (Windows) dan bergerak ke wilayah atau masa pasca-modern. Sedangkan Windows cocok digunakan oleh orang modern yang tidak sempat berfikir karena terlalu terbiasa. Windows juga cocok digunakan oleh mereka yang tidak sempat mempertanyakan. Penyebabnya dapat berupa karena terlalu terbiasa, hegemony, atau bisa juga karena kurangnya informasi sehingga tidak ada kesempatan untuk berfikir, mempertanyakan atau tidak tahu alternatif selain Windows.

  • Distribusi Linux dan Aplikasi Open Source

Berbagai jenis distro Linux dan aplikasi open source memang bisa didapatkan secara gratis. Namun, untuk mendapatkannya masih diperlukan usaha. Yaitu, mendownload atau membeli dari penyedia CD/DVD. Di sinilah fungsi pedagang CD Linux diperlukan. Sebab, koneksi internet di Indonesia masih kurang memadai bagi sebagian besar masyarakat. Biaya koneksi internet juga masih relatif mahal bagi masyarakat. Berbeda dengan pedagang CD pada umumnya, berdagang CD/DVD Linux dan aplikasi open source adalah legal, selama sesuai dengan lisensinya. Keuntungan pun bisa didapat asalkan pandai berdagang.

  • Kelengkapan Distro dan Aplikasi

Sudah ada ratusan distro Linux dan ribuan proyek open source. Barangkali tidak perlu semuanya disediakan. Pengguna Linux, terutama pada masa awal, senang mencoba berbagai distro. Menjual distro-distro populer adalah sangat disarankan. Anda selalu bisa melihat Top Distribution di distrowatch.com. Kelengkapan di sini juga mencakup kelengkapan versi. Begitu ada versi baru suatu distro diluncurkan, alangkah baiknya apabila beberapa saat kemudian, di toko sudah tersedia berikut dengan DVD repositorinya.

Gudang Linux Indonesia adalah salah satu contoh yang baik dan merupakan inisiator dalam menjalani bisnis ini secara serius. Slogannya adalah Providing Open Source Results.

 

 

Situs web GudangLinux

Sebaiknya sediakan paket DVD repositori untuk berbagai jenis distro populer. Dengan demikian, pengguna distro apa saja bisa menambah berbagai aplikasi ke dalam instalasi distronya. Seorang pengguna akan merasa direpotkan bila harus berpindah distro hanya untuk mencoba aplikasi tertentu. Anda bahkan bisa mempopulerkan aplikasi buatan anda dengan menyertakannya pada DVD repositori yang anda jual.

Juragan Kambing adalah salah satu penyedia DVD repositori yang dibuat oleh mahasiswa Ilmu Komputer Universitas Indonesia.

 

 

Situs web Juragan Kambing

  • Panduan instalasi sederhana

Tidak semua yang membeli CD Linux telah dapat menginstalasi Linux. Panduan sederhana (apabila belum tersedia) dalam bentuk hardcopy dapat membantu pengguna Linux yang pertama kali mencoba. Begitu juga dengan DVD repositori, sertakan juga panduan penggunaannya untuk menambahkan berbagai software. Terutama adalah mengenai konfigurasi repositori DVD. Begitu pula untuk kumpulan software, sediakan panduan yang menarik, singkat, dan mudah diikuti.

Pilihlah CD atau DVD dengan kualitas yang baik, sehingga pengguna bisa memakainya dalam waktu yang lama. Jangan sampai CD atau DVD yang anda jual sudah rusak karena terlalu sering dipakai menginstal ke sana kemari dalam waktu singkat. Pengguna belum tentu membuat salinan CD/DVD untuk back-up, meskipun hal tesebut adalah legal.

  • Jasa Instalasi dan Paket Penjualan Komputer

Anda bisa menambahkan jasa layanan instalasi dan penjualan komputer. Bagi pengguna Linux yang berencana membeli komputer, anda bisa menawarkan paket penjualan komputer yang sudah diinstal dengan Linux. Tentu pilihan distribusi dan repositori sebaiknya cukup beragam, sehingga setiap pengguna dapat memilih dengan bijak. Anda pun bisa menjangkau pasar yang lebih luas bila menyediakan lebih banyak distro dan jenis komputer yang dipaketkan.

Bagi yang sudah memiliki komputer atau laptop, anda juga bisa menawarkan layanan instalasi yang bisa ditunggu di tempat. Sekaligus, pengguna bisa sambil mempelajari instalasinya. Anda tidak akan rugi dengan melakukan edukasi pasar seperti ini. Bila pelanggan anda puas, pasti ia akan menceritakannya kepada orang lain (free marketing) dan mungkin akan kembali kepada anda suatu saat nanti.

Bagi pengguna yang baru berkenalan dengan Linux, Anda juga bisa memberikan panduan mengenai distro apa yang akan dipilih. Anda bisa memberi pertimbangan dari segi perangkat keras yang akan dibeli atau sudah dimiliki, dan pertimbangan tujuan penggunaannya. Umumnya pengguna baru menyukai distro dengan tampilan desktop yang menarik, apalagi ditambah dengan efek 3D a la Compiz-Fusion. Anda bisa menambahkan berbagai aplikasi yang dibutuhkan oleh calon pengguna yang belum termasuk dalam instalasi default suatu distro.

  • Dokumentasi yang Dicetak

Dokumentasi yang dicetak juga bisa anda sediakan untuk dijual. Namun anda perlu memperhatikan legalitas lisensi dokumentasinya. Lalu buatlah versi cetak yang menarik, sehingga anda bisa menjualnya dengan harga yang lebih pantas.

Baik untuk penjualan DVD maupun dokumentasi, nilai tambah yang bisa anda sediakan adalah layanan pesan antar dan kemasan yang menarik. Dengan demikian, anda bisa menjangkau pasar yang lebih luas. Pengguna juga tidak keberatan membayar lebih mahal untuk kemasan yang menarik. Namun jangan lupa untuk tetap menjaga kualitas barang yang ada dalam kemasan menarik tersebut.

Anda pun bisa bekerja sama dengan konsultan dan implementator untuk memperluas jaringan dan menjangkau pasar yang lebih luas.

 

License

Berbisnis Software Gratis Copyright © by Amin Rois Sinung Nugroho. All Rights Reserved.